Sebuah Kehormatan

x
0


Sesudah kejadian pada hari yg tak terlupakan itu, Meyta menjadi trauma untuk tinggal sendirian di ruang kerjanya pada jam istirahat, Meyta selalu berusaha untuk pergi keluar bersama dgn kawan-kawan sekantor lainnya. Selama itu Mr. Rasyid tetap saja berlaku seperti biasa, seakan-akan tak pernah terjadi apa-apa, demikian juga dgn Meyta, masing-masing berusaha menjaga kerahasiaan kejadian tersebut cuma di antara mereka dgn alasan sendiri-sendiri.

Tak terasa waktu berjalan demikian cepat, 6 (enam) bulan sudah berlalu sejak kejadian tersebut. Buat Meyta kejadian tersebut merupakan mimpi buruk yg tak begitu saja bisa dihilangkan. Sampai waktu ini seakan-akan masih terasa tangan besar berbulu dari laki laki India tersebut yg merangkulnya dgn erat tubuhnya yg langsing itu, disamping perasaan tak berdaya menelungkupinya waktu tangan tersebut mengelus-elus seluruh tubuhnya dan bermain-main pada kedua buah dadanya dan yg lebih menggelisahkannya lagi adalah perasaan yg masih membekas pada pangkal pahanya sampai waktu ini.

Terlebih-lebih waktu Meyta sedang tidur telentang di tempat tidurnya, terbayg dan terasa kemaluan besar hitam laki laki tersebut mengaduk-aduk lobang kemaluannya yg menimbulkan perasaan sensasi dan membuat seluruh tubuh Meyta panas dingin diliputi kenikmatan yg tak terbaygkannya. Kadang-kadang ada perasaan yg mendesaknya untuk mau lagi mengalami peristiwa itu, tapi di lain pihak perasaan halusnya dan harga diri sebagai seorang perempuan yg bermartabat tinggi, mengingatkan bahwa peristiwa yg dialami itu adalah merupakan suatu perkosaan yg brutal yg tak pantas untuk diingat-ingat kembali.

Hari demi hari berlalu dgn cepat tanpa ada kejadian istimewa, pekerjaan-pekerjaan di kantornya semakin sibuk menyita waktu Meyta, sehingga kejadian tersebut mulai bisa dilupakannya. Sampai pada suatu hari, tiba-tiba terjadi demonstrasi para mahasiswa di sekitar Bundaran Semanggi tak jauh dari kantor tempat Meyta bekerja. Karena situasi pada waktu itu sangat memanas, maka pimpinan kantor memutuskan untuk memulangkan para karyawannya lebih awal untuk mencegah terjadi hal- hal yg tak diinginkan.

Waktu itu baru menunjukan pukul 14.30 siang, setiap karyawan buru-buru mengemasi barang- barangnya di atas meja, mengunci laci dan lemari-lemari pada ruang kerja masing-masing dan cepat- cepat turun dari gedung kantor untuk buru-buru pulang. Demikian juga dgn Meyta, dgn cepat dia membereskan surat-surat yg bertebaran di atas meja kerjanya dan segera dimasukkan ke dalam laci meja kerjanya. Sesudah menguncinya dgn rapi Meyta segera keluar ruang kerjanya dan cepat-cepat menuju lift untuk turun ke bawah.

Di lantai 25 tempat Meyta bekerja itu sudah kosong, seluruh karyawan sudah turun terlebih dahulu, cuma Meyta sendirian yg menunggu lift untuk turun ke bawah. Sesudah lift yg turun dari atas terbuka, Meyta dgn cepat segera masuk ke dalamnya dan segera lift itu menutup kembali dan bergerak turun. Tiba-tiba Meyta menyadari, dia cuma berdua dgn seseorang di dalam lift tersebut dan waktu bersamaan orang tersebut menyapa Meyta dgn halus,

“Meyta, mau pulang juga ya!” dgn kaget Meyta segera mengangkat mukanya dan melihat ke
belakang, ke arah suara tersebut berasal. Mukanya mendadak menjadi merah sesudah menyadari bahwa orang tersebut yg cuma berdua saja dgn dia adalah Mr. Rasyid yg bejad itu. Meyta cuma diam tak menyambut sapaan Mr. Rasyid tersebut. Mr. Rasyid mencoba menawarkan jasanya untuk mengantar Meyta pulang dgn alasan pada waktu itu kendaraanumum tak ada yg beroperasi akibat demonstrasi para mahasiswa di sepanjang jalan Sudirman. Akan tetapi tawaran Mr. Rasyid itu ditolak secara halus oleh Meyta.

Sesampai di bawah, begitu lift terbuka, Meyta buru-buru keluar dan berjalan ke depan gedung untuk mencari taksi, sementara Mr. Rasyid menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya yg kebetulan hari itu dibawa sendiri olehnya tanpa supir. Dgn gelisah Meyta menunggu taksi di depan kantor, akan tetapi tak terlihat satupun taksi dan kendaraan umum lainnya melintas di depan gedung tersebut, sementara aksi mahasiswa yg sedang berdemonstrasi di sepanjang jalan tersebut semakin panas saja. Sementara dalam kegelisahan itu, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya dan waktu kaca jendela mobil tersebut terbuka, kepala Mr. Rasyid menongol keluar,

Sesudah memarkir mobilnya, keduanya masuk ke lobby dan menuju lift. Apartment kawan Mr.
Rasyid terletak di lantai 9, sesudah lift berhenti mereka menuju ke apartement bernomor 916. Mr. Rasyid segera memencet bel yg terletak depan pintu dan tak lama kemudian pintunya terbuka dan terlihat seorang lelaki India yg berumur kurang lebih 35 tahun, berparas tampan dgn tubuh yg tinggi tegap dan berkulit gelap dgn kedua tangannya dan dadanya yg bidang ditumbuhi rambut hitam lebat. Mr. Rasyid segera memperkenalkan Meyta kepada kawannya yg ternyata bernama Kumar Punjab yg adalah seorang tenaga ahli pada sebuah pabrik tekstil yg terletak di Jakarta Selatan.

Kedua laki laki tersebut terlibat sebentar dalam percakapan dalam bahasa mereka, yg tak dimengerti oleh Meyta, yg cuma bisa memandang mereka dgn pandangan mata curiga. Sesudah mengambil tempat duduk pada sebuah kursi panjang yg terletak di ruangan tamu, Meyta memperhatikan keadaan apartement tersebut. Apartement itu cuma terdiri dari satu kamar, beserta ruang duduk yg menyambung menjadi satu dgn ruang makan dan dapur yg terletak paling ujung dari ruangan tersebut. Terlihat apartement tersebut adalah apartement yg dihuni oleh bujangan, dimana pada tempat cuci piring terlihat piring dan gelas kotor masih menggeletak belum dicuci. Sesudah berbincang-bincang sejenak, Kumar meminta diri sebentar untuk keluar, karena akan membeli minuman dingin dan makanan kecil di toko makanan yg terletak di ground floor.

Sepergian Kumar, suasana di antara Meyta dan Mr. Rasyid menjadi agak kikuk, kepala Meyta cuma tertunduk ke bawah tanpa berani memandang ke arah Mr. Rasyid. Terlihat bibir bawah Meyta agak bergetar dan kedua jari-jari tangannya saling menggenggam dgn erat. Meyta agak grogi, sambil membaygkan apa yg sudah terjadi beberapa bulan lalu, waktu laki laki di hadapannya itu memperkosanya dgn brutal. Terlintas dgn jelas bagaimana laki laki tersebut menekan tubuhnya ke atas meja dan mengangkangi kedua pahanya, serta menyetubuhinya dgn ganas. Seakan-akan masih terasa ngilu kemaluannya dikocok-kocok oleh senjata laki laki tersebut, akan tetapi perasaan nikmat tiba-tiba melandanya waktu membaygkan kedua puting susunya tergesek-gesek pada dada bidang berambut tebal dari Mr. Rasyid, waktu dia terduduk dan terlonjak-lonjak di atas pangkuan Mr. Rasyid karena senjata Mr. Rasyid menyodok-nyodok lobang kemaluannya. Membaygkan hal tersebut, tiba-tiba kemaluannya dirasakan basah.

Melihat raut muka Meyta yg berubah-ubah dan matanya yg semakin sayu saja, Mr. Rasyid yg sudah berpengalaman itu, tak mau melewatkan momentum yg menguntungkannya. Segera dia berpindah duduk di samping Meyta pada kursi panjang dan sebelum Meyta menyadari apa yg terjadi, kedua tangan Mr. Rasyid dgn cepat sudah merangkul bahu Meyta dan segera menarik tubuh Meyta menempel ke tubuhnya. Dagu Meyta diangkatnya menengadah ke arahnya sehingga kedua mata mereka saling menatap. Mata Mr. Rasyid berkilat-kilat menatap muka Meyta yg ayu itu dan akhirnya terpaku pada kedua bibir Meyta yg merah merekah yg sedang bergetar dgn halus.

Melihat raut muka Meyta yg berubah-ubah dan matanya yg semakin sayu saja, Mr. Rasyid yg sudah berpengalaman itu, tak mau melewatkan momentum yg menguntungkannya. Segera dia berpindah duduk di samping Meyta pada kursi panjang dan sebelum Meyta menyadari apa yg terjadi, kedua tangan Mr. Rasyid dgn cepat sudah merangkul bahu Meyta dan segera menarik tubuh Meyta menempel ke tubuhnya. Dagu Meyta diangkatnya menengadah ke arahnya sehingga kedua mata mereka saling menatap. Mata Mr. Rasyid berkilat-kilat menatap muka Meyta yg ayu itu dan akhirnya terpaku pada kedua bibir Meyta yg merah merekah yg sedang bergetar dgn halus.

Perlahan-lahan Mr. Rasyid menundukkan kepalanya dan bibirnya yg kasar yg ditumbuhi kumis lebat menyentuh kedua bibir Meyta yg mungil dan perlahan-lahan mulai melumat bibir-bibir yg indah yg sudah pasrah itu. Menjelang beberapa waktu, waktu Mr. Rasyid mulai merasakan tubuh Meyta tak tegang lagi dan bibirnya mulai melemas, maka lidahnya segera ditekan masuk menerobos ke dalam mulut Meyta dan menyapu langit-langit dan mempermainkan lidah Meyta. Hal ini membuat tubuh Meyta bergetar dan kepalanya serasa melayg-layg dan tanpa terasa terdengar keluhan halus keluar dari mulut mungil tersebut,

“Ooohh.. eehhmm..!” Merasakan Meyta mulai merespon aksinya itu, Mr. Rasyid segera
meningkatkan serangannya. Secara perlahan-lahan tangannya segera membuka kancing-kancing blouse yg dikenakan Meyta dan segera mencopotnya dari tubuh Meyta.

Segera terlihat BH Meyta yg putih menutupi kedua buah dadanya yg kecil mungil itu. BH tersebut tak bisa bertahan lama melindungi kedua gundukan daging kenyal tersebut, karena segera tercampakkan oleh tangan-tangan laki laki tersebut. Dgn cepat kedua bukit kenyal mungil itu menjadi sasaran mulut dari Mr. Rasyid, yg segera mencium dan mengisap-hisap puting yg sudah tegang itu. Tubuh Meyta cuma bisa menggeliat-geliat dan dari mulutnya keluar suara seperti orang kepedasan. Melihat keadaan Meyta yg sudah pasrah itu, Mr. Rasyid tak mau menyia-nyiakan momentum yg ada, dgn tangkas kedua tangannya segera melucuti rok dan sekalian CD Meyta, sehingga sekarang Meyta terbaring telentang di kursi dgn tubuh yg mulus yg tak ditutupi selembar benang pun.

Laki laki India tersebut menindihkan tubuhnya pada Meyta yg sudah terbaring pasrah di kursi, sambil dia memperbaiki posisi tubuhnya agar senyaman mungkin, laki laki tersebut dgn kedua tangannya membuka kaki Meyta dan segera menempatkan tubuhnya tepat berada di tengah, di antara kedua paha Meyta yg sudah terkangkang itu.beritaseks.com Dgn tangan kirinya memegang gagang kemaluannya yg besar itu, laki laki tersebut mulai mengarahkan kemaluannya, ke arah sasarannya yg sudah pasrah terbuka di bawahnya. Begitu kepala kemaluan bertemu dgn belahan bibir kemaluan luarnya, tubuh Meyta terlihat bergetar dan kedua tangannya mencengkeram dgn kuat pada kursi, pandangan matanya menjadi sayu, parasnya keringatan. Dgn perlahan-lahan Mr. Rasyid mulai mendorong kemaluannya memasuki relung tubuh Meyta yg paling rahasia itu. Seirama dgn masuknya kemaluan Mr. Rasyid yg besar itu, mata Meyta terlihat membalik ke atas dan rintihan nikmatnya terdengar jelas keluar dari mulut mungilnya,

"Aahh.. eehhmm..” pada mulanya agak susah juga masuknya, sedikit-sedikit, terlihat Mr. Rasyid menggerakkan bokongnya maju mundur dgn perlahan-lahan, sambil mulutnya mencium bibir indah Meyta.

Tak berselang kemudian tiba-tiba dgn suatu sentakan keras, laki laki tersebut menekan pinggulnya dan terus mendorong kemaluannya, sehingga terbenam seluruhnya ke dalam lobang kemaluan Meyta. Pas waktu mentok tak bisa masuk lagi Meyta menggigit bibirnya, dan..

“Aahdduhh..” terdengar jeritan halus kesakitan ataupun mungkin kenikmatan keluar dari mulutnya. Selanjutnya pelan-pelan Mr. Rasyid mulai menggerakkan keluar masuk kemaluannya, kursi itu berderit-derit menahan gerakan dan tekanan tubuh Mr. Rasyid yg besar itu pada tubuh mungil Meyta, kembali rintihan, desahan, dan lenguhan khas kenikmatan terdengar memenuhi ruangan, semakin lama semakin keras, tubuh Meyta menggeliat dalam pelukan ketat Mr. Rasyid yg besar, kadang-kadang terlihat Meyta mengangkat kepalanya, giginya menggigit bibir bawahnya menahan kenikmatan yg melanda seluruh pori-pori tubuhnya, kadang-kadang dia menjerit kecil kalau laki laki India tersebut menekan terlampau dalam.

Beberapa waktu kemudian, rintihan Meyta semakin keras, dan cairan tubuhnya terasa semakin banyak, tubuhnya melenting kaku dan dari mulutnya keluar suara seperti orang sekarat, Meyta tengah dibuai perasaannya yg sedang menuju puncak kenikmatan. Parasnya benar-benar cantik pada waktu itu, sesudah didera depresi sekian lama, sepertinya ini semacam pelepasan buat dia. Bagian dalam dinding kemaluannya menjepit keras dan berdenyut-denyut, tubuhnya terhentak- hentak, Meyta mengalami orgasme yg dahsyat, yg membuat perasaannya melayg-layg dan sesudah masa kenikmatan itu mereda, tubuhnya terhempas lemas di atas kursi. 

Dadanya terlihat naik turun dgn nafas memburu seakan-akan orang yg baru menyelesaikan lari cepat 100 m dan kedua matanya terkatup rapat. Bintik-bintik keringat menghias pelipisnya menandakan satu ronde dari suatu pergulatan seru yg banyak memakan tenaga, yg baru saja diselesaikannya.

Akan tetapi bagi Mr. Rasyid pertarungan ini belum selesai, bahkan baginya ini baru babak permulaan ataupun babak pemanasan saja. Melihat Meyta yg ayu itu sudah terkapar lemas itu dgn kedua matanya yg tertutup dan tubuhnya yg langsing itu tergolek pasrah, menimbulkan suatu perasaan sensasi pada Mr. Rasyid. Laki laki India tersebut sangat bersyukur bisa menguasai dan menikmati tubuh perempuan ayu tersebut yg langsing dan mulus itu. Dgn kemaluannya yg besar masih terbenam dalam kemaluan perempuan tersebut, Mr. Rasyid memeluk tubuh Meyta dan mengangkatnya dari kursi.

Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)