Saat itu mbak Romlah sedang mengeringkan badan dengan handuk. Ia menjerit kaget. Tapi secepatnya mbak Romlah aku peluk dan aku dorong rebah ke tempat tidurnya. Ia meronta “jangan…..mas….. aku nggak mau…. Jangan….. aku takut…..”.
Aku memaksanya sambil membentak “mbak diam saja…. nurut aku”. Aku semakin kalap ketika mbak Romlah mendorongku dan akhirnya tangan mbak Romlah aku kunci ke belakang. Setelah beberapa kali meronta tidak berhasil, akhirnya mbak Romlah menangis sesenggukan.
Aku mengendorkan pegangan tanganku dan mengusap air matanya “Mbak, maafin aku ya…. aku kepingin merasakan. Mbak mau ya…. “. Kemudian mbak Romlah aku tarik berdiri dan aku peluk, aku ciumi. Penisku yang telah kendur kembali berdiri perkasa.
Mbak Romlah diam dan kedua tangannya menutup dada dan perut bawah. Sekali lagi aku membisikkan kata “mbak,….. aku sayang sama mbak, maafin. Aku belum pernah merasakan seperti ini, beri aku sekali saja ya mbak….”.
Aku usap-usap keningnya dan aku dekatkan mukaku ke mukanya sampai hidungku bersentuhan dengan hidungnya. “Mas…. mbak takut……mbak…. nggak mau…. nanti papa dan mama marah kalau tahu dan …. mbak takut hamil”.
Aku peluk mbak Romlah dengan erat dan aku bisikkan kata “Mbak…. aku tahu caranya tidak hamil. Aku tidak keluarkan di dalam dan aku keluarkan di luar seperti onani. Aku ingin sekarang mbak, mumpung papa dan mama juga tidak di rumah. Aku kepingin banget merasakan dari mbak,…. boleh ya mbak….”.
Setelah mendapatkan berbagai bujukan dan rayuan, nafas mbak parmi melonggar dan kelihatan sedikit tenang. Kemudian ia semakin bisa menerima pelukanku yang tidak pernah lepas. Harum wangi sabun yang melekat di tubuh mbak Romlah menambah tinggi gairahku.
Badan mbak Romlah aku balik searah dengan tubuhku. Penisku yang tegak berdiri menonjol ke pantatnya. Tanganku mengarah ke dadanya. Ternyata ia tetap tidak mau melepaskan kedua tangan yang menutupinya. Beberapa kali tanganku disibakkan.
Akhirnya leherku menjulur dan mulutku menelusuri belakang telinga dengan kecupan lembut dan jilatan merangsang. Perlahan-lahan mbak Romlah bereaksi menengokkan kepala supaya lehernya tidak terjangkau mulutku.
Setelah beberapa saat kemudian mbak Romlah bertambah tenang, tanganku berhasil menjangkau ujung buah dadanya. Dengan tarikan dan pelintiran halus di putingnya, mbak Romlah tidak melawan lagi. Tangan kananku melingkar meraba ke perut bawah tapi dengan sigap tangannya menyingkirkan tanganku.
Ketika tanganku ke atas menuju buah dadanya kembali, ternyata ia membiarkan saja. Aku semakin yakin bisa berhasil menyetubuhi sehingga jariku dengan pelan mengusap gunung kenyal menonjol. Remasan halus di buah dada mbak Romlah dengan pijitan ke arah depan dan pelintiran perlahan di puting susu, menyebabkan mbak Romlah menarik nafas dalam.
Ketika mulutku mengisap tengkuknya dan kedua tanganku meremas gemas di kedua gunung kembarnya, nafas mbak Romlah mulai memburu. Aku melirik matanya terpejam. Tarikan nafas di mulutnya terdengar mendesis dan kepala yang semula tegak sudah dirobohkan ke pundakku.
Aku mendudukkan dan merebahkan mbak Romlah ke tempat tidurnya dengan kaki menjuntai ke bawah. Mulutku mulai menelusuri gunung kembar sambil melepaskan baju kaus yang masih di badanku. Puting kecil kemerahan mulai aku sedot dengan mulutku dan satunya aku memelintir. Semakin ke bawah mulutku bergerak menelusuri perutnya, semakin panjang tarikan nafas mbak Romlah.
Ketika mulutku sampai ke belahan paha, lidahku menjulur memasuki lipatan basah dan menyusup ke dalam. Aku mencari daging kecil seperti yang aku lidat dalam tontonan VCD. Daging itu aku usap dengan ujung lidah.
Tiba-tiba mbak Romlah menggelinjang dan tangannya meremas rambutku serta menekan ke dalam. Lidahku liar masuk ke liang vagina dan daging lembut menonjol itu aku permainkan dengan lidahku.
Mbak Romlah mengerang lembut sambil nafasnya sedikit tersengal dan kepalanya digoyangkan ke kanan dan kiri, aku segera mengakhiri permainan itu dan ganti penisku menyusup vagina mbak Romlah.
Posisiku berdiri dan badan mbak Romlah rebah di kasur dan kakinya menjuntai ke tanah. Ketika ujung penisku menyusup di ujung liang senggama, mbak Romlah membuka pahanya lebar sehingga memudahkan aku memasukkan penis. Untuk lebih memudahkan, maka kedua kakinya aku letakkan di atas pundak.
Aku merasakan nikmat ketika penis makin masuk ke dalam dan akhirnya …. bles…. sampai pangkalnya. Tarikan dan dorongan sambil gerakan diputar menyebabkan gerakan kepala mbak Romlah ke kiri dan kanan semakin sering.
Tiba-tiba ujung penisku seperti disedot dalam vagina sehingga aku mengocok maju mundur lebih cepat. Mbak Romlah tiba-tiba mengejang dan pantatnya diangkat sambil mendesis suara tertahan “…….mmmaaass…….ssss…..ooohhhahhh…..sessss…..aauuw…..ssss….”.
Di penisku terasa ada gerakan denyut yang memeras. Begitu nikmat sehingga ujung penisku merasakan ada sesuatu yang mau keluar. Dengan cepat penisku aku cabut. Tumpahlah maniku di pahanya dan jatuh di ubin.
Terasa badanku ringan dan otot-otot mengendur santai. Kemudian aku tertidur disisi mbak Romlah. Hari itu perjakaku hilang untuk mbak Romlah.
Aku terbangun dan mbak Romlah tidak ada disisiku. Aku mencarinya karena kawatir mbak Romlah minggat dari rumah. Aku menemukan mbak Romlah di gudang belakang duduk di lantai sambil menangis. Aku dekati dia dan aku usap rambutnya yang hitam panjang.
Aku bisikan kata-kata “mbak, maafin aku ya….. aku telah khilaf membuat mbak Romlah marah”. Kemudian aku berkotbah tentang moralitas dan kebutuhan sex perempuan “mbak… bayangkan kalau aku tidak dikasih mbak Romlah, berarti aku dengan pelacur kan….
Mbak Romlah pasti tahu seusiaku seperti ini kebutuhan penyaluran pasti sangat besar”. Kepala mbak Romlah aku jatuhkan ke pundakku “begitu juga kalau wanita nggak pernah melakukan senggama, dia cepat tua dan bisa kena kangker lho… dan yang menakutkan keinginannya bisa hilang..”
Khotbahku panjang lebar mulai meluluhkan hatinya “Apapun yang telah terjadi…. aku berterimakasih aku lebih memilih mbak Romlah yang pasti bersih, sehat dan pernah punya pengalaman. Disamping itu mbak Romlah sangat sayang padaku”.
Setelah aku merayu cukup lama, akhirnya mbak Romlah mau ku ajak makan siang. Untuk menambah kemesraan, sesekali mbak Romlah aku suapi.
Sambil makan aku mengemukakan keinginanku merasakan lagi. Semula mbak Romlah menolak, tapi akhirnya dia bersedia dengan syarat tidak boleh ada yang keluar dalam rahimnya.
Aku setuju dan aku juga meminta ke mbak Romlah kalau merasa nikmat dan kepingin menjerit, jangan sungkan-sungkan. Kemudian aku keluar sebentar membeli jamu biar bisa main lebih lama. Mbak Romlah aku minta menutup semua pintu agar tidak ada tamu yang mengganggu.
Aku dan mbak Romlah mandi bersama. Elusan dan remasan di buah dada dengan sabun cair menyebabkan mbak Romlah seperti tersihir dengan menciumi pipi dan bibirku seperti kesetanan. Kelihatan sekali nafsu mbak Romlah tiba-tiba berkobar luar biasa.
Shower air hangat aku buka untuk mengakhiri mandi bersama. Mbak Romlah aku peluk menghadap ke depan di bawah shower air hangat sambil kedua tanganku meremas dan menarik buah dadanya. Aku merasakan gejolak nafsunya mbak Romlah telah sampai puncak dengan ditandai dia menarik penisku untuk dimasukkan ke vaginanya. Secepatnya aku dan mbak Romlah mengeringkan badan dan menuju kamarku.
Pantatnya aku ganjal bantal sehingga vaginanya menonjol lebih tinggi. Aku susupkan penisku setahap-setahap dan tiba-tiba tanganku diraih mbak Romlah diletakkan ke buah dadanya.
Aku remas kedua gunung kenyal itu dan pinggulku bergerak maju-mundur, sesekali diputar dan dalam hitungan tertentu hanya tudung penis yang masuk dan saat berikutnya dengan gerak menggenjot seluruh penis masuk sampai pangkal pinggul. Mbak Romlah menggoyangkan pantat dan kepalanya bergerak kanan kiri.
“Ooooohhhhh……..aaaahhhhhhh……sssstttttttt……ttterrrruuuuuusssss ……… yaaaaaaahhhhhh.. mbbaaakk….. ma..u.. keluaaaarrrrrr ….. oohh..oohh..oohh…aahh..aahh..” . Mbak Romlah tidak malu lagi mengeluarkan suara rintih dan jerit kenikmatan.
Remasan di penisku dan suara rintih dan jerit kenikmatan yang dikeluarkan mbak Romlah menyebabkan aku tidak kuat menahan lebih lama. Ujung penis yang semakin mendesak menyebabkan aku cabut dari liang vagina dan …. croott……crootttt……croott…. maniku muncrat ke perut mbak Romlah.
Hari itu aku dan mbak Romlah bermain sampai puas. Pagi harinya mbak Romlah aku ajak ke dokter untuk pasang susuk KB. Sejak saat itu aku tidak perlu mencabut penis setiap kali maniku muncrat. Nikmat dan nikmat paling tinggi rasakan ketika penis dalam cengekeraman vagina disodokkan sampai pangkal sambil memuncratkan air mani.